Koleksi Benda Karya Seni,Benda - Benda Antik dan Ajimat Bertuah dari Jagad Raya - Yang diyakini Bertuah,Berkharisma, Memiliki Khodam alami, Daya Energi Positif,Asli Langsung Dari Alam. Yang diyakini mampu untuk menunjang Karier dan Kesuksesan bagi Siapa yang mempercayai dan meyakininya.
Rabu, 26 Oktober 2011
Lulang Kebo Landoh
Kisah Ki Saridin atau Syech Jangkung dan Lulang Kebo Landoh
Dituturkan dalam cerita, semasa kerajaan Mataram yang dipimpin oleh
Sultan Agung mempunyai seorang penasehat yang bernama Saridin yang lantas
dikenal dengan julukan Syech Jangkung. Saridin adalah nama kecil dari Syekh
Jangkung yang sekarang makamnya terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen sejauh
lebih kurang 17 Km dari Kota Pati. Saridin menjadi representasi dari tokoh
rakyat yang berani memperjuangkan kebenaran bahkan melawan ketidakadilan secara
lugu tanpa kekerasan dalam berhadapan dengan siapapun termasuk pihak penguasa
Kadipaten Pati bahkan dengan Sunan Kudus pada masanya.
Saridin meskipun telah melegenda dalam masyarakat pesisir utara terutama
di Pati dan sekitarnya, namun keberadaanya dan kesejatiannya dirinya masih
merupakan misteri. Sosok Saridin sejak zaman Walisongo telah membuat heboh para
santri di pondokan Kanjeng Sunan Kudus karena kenylenehan dan
“kesaktiannya” yang membuat orang-orang di sekitarnya heran kepalang.
Saridin terlahir bukanlah sebagai pribadi yang sempurna, tapi justru
sarat dengan problematika. Kendatipun demikian Saridin tidak pernah putus asa.
Ternyata dengan berguru antara lain melalui asuhan Kanjeng Sunan Kalijaga
Saridin berkembang cukup mengagumkan berkat pengabdiannya yang tinggi kepada
guru-gurunya.
Saridin juga tidak merasa hina ketika dinilai sebagai pribadi yang tak
pernah tersentuh wudlu, tak pernah sholat dan sebagainya. Bagi Saridin
penilaiaan orang itu tidak berarti apa-apa, bahkan Saridin tetap saja melakukan
hal terbaik bagi kehidupan. Tampaknya Saridin justru sadar pujian seringkali
malah menjerumuskan, maka Saridin tak haus pujian. Namun lebih suka pada aksi
nyata.
Maka ketika Saridin berniat mendirikan pesantren, banyak orang termasuk
santri kepercayaan Sunan Kudus, Ketib, juga menilai atas dasar apa Saridin yang
“ndeso nglutuuk” berani memproklamirkan diri mendirikan pesantren. Namun
tetap saja Saridin jalan terus, ibarat anjing menggongong kafilah tetap
berlalu. Saridin tampaknya berprinsip bahwa mendirikan pesantren adalah hak
setiap manusia, bukan monopoli kyai atau kelompok tertentu. Siapapun yang
peduli atas masa depan kemanusiaan maka institusi pesantren adalah salah satu
medianya, maka tidak perlu orang secara subyektif menghakiminya.
Apa yang dilakukan Saridin seperti itu telah merobohkan kemapananan yang
selama ini pesantren dimonopoli oleh orang-orang yang diklaim sebagai kyai.
Kalau pesantren dalam hal ini diposisikan sebagai penanda budaya pendidikan
yang beradab, maka mestinya pendidikan itu tak harus di sekolah tetapi siapapun
bisa menyelenggarakan pendidikan yang yang murah dan berkualitas sebagaimana
pesantren ala Saridin.
Kepopuleran Saridin dalam masyarakat bawah (grass root) bukan saja
karena berbagai keanehan sikap dan perilakunya di zaman kuwalen (walisongo)
terutama ketika bergumul dan berinteraksi dengan Sunan Kudus tetapi dia juga
meninggalkan berbagai ajaran yang masih melekat dalam masyarakat lokal di Pati.
Diantara ucapan Saridin adalah “Ojo njupuk nek ora dikongkon, ojo njaluk nek
ora dowek’i” (Jangan mengambil sesuatu, kalau tidak mendapatkan ijin yang memiliki,
jangan meminta kalau bukan miliknya).1 Sebuah ajaran yang mengedepankan
keikhlasan, kejujuran dan kemandirian.
Meskipun jejak langkah Saridin masih merupakan misteri, namun setidaknya
menurut juru kunci makam Saridin, RH. Damhari Panoto Jiwo, menjelaskan bahwa
Saridin adalah putra dari Syekh Abdul Hasyim dari Timur Tengah yang sedang
mengembara di Jawa. Kalau kemudian Saridin juga dikenl sebagai Syekh Jangkung
tak lepas dari kepribadiannya yang dikenal sebagai pribadi yang kinasih oleh
Sang Pencipta dan jangkung (dikabulkan) segala permintaannya, maka dalam
bahasa Jawa disebut Sih (kinasih) Jangkung (dikabulkan).
Saridin dilahirkan di Landoh, Kiringan, Tayu, Pati. Dinamakan Saridin
(dari dua kata “sari” berarti inti/esensi dan kata “din” berarti agama),
sehingga Saridin dimaksudkan sebagai sarinya agama (esensi agama). Maka
semangat belajar/berguru Saridin juga sangat tinggi, melalang “meguru” berbagai
Wali dan ahli ilmu. Diantara guru-guru Saridin adalah Sunan Bonang, Sunan
Kalijaga, Sunan Muria juga kepada Sunan Kudus.
Karena itu atas keilmuannya itu, maka Saridin dikinasih oleh Yang
Maha Kuasa dan dijangkung (dikabulkan) segala ucapannya oleh Sang
Pencipta. Ini antara lain alasan mengapa Sadin dijuluki Sih Jangkung.
Namun setelah berguru dari Ngerum (Romawi/sekarang Turki), Saridn benar-benar
mendapat predikat Syekh Jangkung dalam arti sesungguhnya karena disamping
memang keturunan Syekh, juga keilmuannya juga “tabahur” (luas)
sebagaimana panggilan Syekh di Timur Tengah adalah yang ahli ilmu.
Karena
berbagai keistimewaan dan kelebihannya, maka Saridin ini tak hanya
terkenal di pesisir Jawa Demak, Kudus, Pati, Rembang tetapi juga sampai
di Cirebon, Betawi dan juga Palembang. Sedangkan di Kerajaan Mataram,
Saridin diambil ipar oleh Sultan Agung, karena kakaknya Sultan Agung
yang
bernama Den Ayu Retno Jino dipersunting oleh Saridin yang makamnya
bersebelahan
dengan Saridin di Kayen, Pati.
Dikisahkan ketika usia Syech Jangkung mendekati senja ia memilih hidup
sebagai petani dengan membuka perkampungan baru di kawasan Pati, Jawa Tengah. Dalam
perjalanan mencari perkampungan sampailah ia di Desa Lose. Di sini, ia bertemu
dengan tujuh orang yang sedang memperbaiki atap sebuah rumah. Dari sinilah
Syech Jangkung ingin membuktikan kebaikan perilaku ketujuh orang tersebut.
Lantas, dia mengalihkan perhatian mereka dengan bertanya apakah ada warga
sekitar yang akan menjual kerbau. Maksud Syech jika ada maka dia ingin membeli
dua ekor dengan alasan untuk keperluan membajak sawah.
Ke tujuh orang melihat pakaian Syech Jangkung yang compang-camping tidak
mengindahkan pertanyaan tersebut. Malah menghinanya dengan jawabannya yang menyakitkan.
Mereka mengatakan di desanya tidak akan ada orang menjual kerbau padanya.
Namun, bila mau ia akan diberi kerbau yang sudah mati. Di luar perkiraan ke tujuh
orang itu, Syech Jangkung menerima tawaran mereka.
Lalu berangkatlah mereka bersama menuju tempat kerbau mati. Syech
Jangkung lantas menatap seonggok kerbau yang sudah tidak bergerak-gerak itu.
Badannya sangat besar dengan tanduk yang sudah melengkung. Melihat kerbau itu,
Syech Jangkung lantas sholat dan meminta kepada Allah agar kerbau itu dihidupkan
kembali. “Sekarang bangunlah,” ujar Syech Jangkung sambil mengelus-elus tanduk
kerbau itu. Aneh bin ajaib, tiba-tiba kerbau itu mengibaskan ekornya menandakan
dia hidup kembali.
Tahu kejadian ajaib itu serta merta ke tujuh orang yang semula meremehkan
diri Syech Jangkung langsung bersujud untuk menyampaikan permintaan maafnya.
Sejak itu Syech Jangkung membuka perkampungan di tempat ke tujuh orang
tersebut. Yang lantas dikenal dengan nama Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Pati.
Apalagi setelah kabar Syech Jangkung menghidupkan kerbau yang telah mati sampai
akhirnya ke telinga Sultan Agung. Yang lantas mengirimnya dua ekor kebau. Dari
sini tekad Syech Jangkung mendiami desa Landoh yang mantap. Akhirnya, dia
memilih menjadi seorang petani di desa tersebut.
Sebelum meninggal dunia, Syech Jangkung berpesan agar kelak kerbau itu
disembelih dan dibagikan kepada seluruh penduduk. Tapi, ketika ia meninggal
dunia, kerbau itu menghilang dan baru muncul pada hari ke 40. Oleh anaknya,
kerbau itu disembelih dan dibagikan kepada penduduk Landoh. Sementara itu,
kulitnya (lulang) disimpan dengan rapi.
Suatu ketika ada seorang pedagang yang kehilangan sabuk pengikat barang
dagangan. Ia mengadu kepada Tirtokusumo, anak Syech Jangkung yang akhirnya
memberikan lulang kerbau peninggalan ayahnya. Namun, di pinggir kampung sapi
yang mengenakan lulang kerbau itu mengamuk. Tak seorang pun yang berhasil
pembunuhnya. Anehnya, sapi itu tiba-tiba menjadi kebal terhadap senjata.
Ketika sapi itu kelelahan, Tirokusumo mengambil lulang kerbau. Dan, sapi
itupun dengan mudah bisa dibunuh dengan tombak. Dari kejadian tersebut,
akhirnya masyarakat yakin jika Lulang Kebo Landoh adalah jimat sakti untuk
kekebalan. Tirtokusumo kemudian membagikan lulang-lulang itu (dalam ukuran
kecil, red) kepada penduduk Desa Landoh, termasuk Sultan Agung. Sehingga Menurut
cerita yang diwariskan dari mulut ke mulut jimat yang memiliki daya tangkal
ampuh ini disebut Lulang Kebo Landoh karena tempat asal-usulnya dari Desa
Landoh, Desa Landoh, Kayen, Pati. Belum banyak orang yang tahu khasiat jimat
Lulang Kebo Landoh. Bahkan mendengar namanya saja mungkin masih terasa asing.
Jimat ini sangat langka, tidak gampang orang dapat memilikinya. Pasalnya, jimat
Lulang Kebo Lando konon tidak bisa dijual belikan.
Demikian kisah yang menyertai keberadaan dan terjadinya Lulang Kebo
Landoh, dimana tokoh sentral dalam kisah ini adalah seorang waliyullah yaitu Ki
Saridin atau Syech Jangkung. Dari kisah tersebut bisa kita ambil manfaat yang
besar dari kepribadian seorang Ki Saridin. Dan tidak ada yang tahu serta dengan
logika kita, apakah Kerbau yang dihidupkan Ki Saridin itu mempunyai keturunan
atau tidak karena cerita ini terjadi ketika masih jamannya para Wali Songo di
tanah Jawa, yang artinya begitu banyak versi cerita dari mulut ke mulut
sehingga ada kemungkinan dikurangi dan
ditambahi.
Di masa sekarang Lulang Kebo Landoh memang barang yang sangat langka, banyak
orang yang meyakini bahwa keberadaan Lulang Kebo Landoh asli peninggalan dari kerbau
Ki Saridin masih ada sampai sekarang, dan itu terserah mereka. Namun, kita harus meyakini bahwa ilmu Allah
tidak akan pernah hilang dan abadi selamanya, begitu juga Kasiat dan keampuhan
Lulang Kebo Landoh di jaman Ki Saridin akan tetap lestari sampai sekarang,
adapun media Lulang Kebo Landoh sebagai perantara ilmu tersebut akan tetap ada
walaupun kita mendapatkannya dari generasi berikutnya dari keturunan Kerbau Ki
Saridin yang menghasilkan Lulang Kebo Landoh tersebut.
Semua keselamatan atas kehendak Allah SWT, Kulit atau Lulang Kebo Landoh
merupakan sarana mencapai keselamatan dari bahaya senjata tajam, senjata api
dan bahaya lainnya, kesaktian dan keampuhan Lulang Kebo Landoh bukan untuk
kesombongan dan tidak untuk di coba.
Dibawah ini foto - foto koleksi Lulang Kebo landoh Kami, Jika ada yang berminat segera menghubungi kami Via SMS yang kami layani 24 jam
________________________________________________________________________
LULANG KEBO LANDOH BULU 9
Kode Barang :LKL9 03
Mahar : Rp. 1.500.000
____________________________________________
LULANG KEBO LANDOH BULU 7
Kode Barang : LKL7 02
Mahar : Rp. 1.500.000
_________________________________________
T E R J U A L
_________________________________________
LULANG KEBO LANDOH LANGKA
Kode Barang : LKLL 01
Mahar : Rp. 250.000 ,-
____________________________________________________________
T E R J U A L
________________________________________________________________
LULANG KEBO LANDOH LANGKA
Kode Barang : LKLL 03
Mahar : Rp. 250.000 ,-
___________________________________________________________
LULANG KEBO LANDOH LANGKA
Kode Barang : LKLL 04
Mahar : Rp. 250.000 ,-
_________________________________________________________________
___________________________________________
TERJUAL
__________________________________________
Lulang Kebo Landoh
Kode : LKL 01 > TERJUAL
_______________________________________________________________
Kode : LKL 02 > TERJUAL
__________________________________________________________________
T E R J U A L
________________________________________
Kode LKL 04 > TERJUAL
_______________________________________________________________
TERJUAL
_______________________________________________________________
Kode LKL 06 > Terjual
_____________________________________________
___________________________________________________________________
Kode LKL 08 > TERJUAL
______________________________________________________________
TERJUAL
__________________________________________________________________
Kode LKL 010 > TERJUAL
Kode LKL 010 > TERJUAL
______________________________________________________________________
T E R J U A L
______________________________________________
T E R J U A L
_______________________________________________________________
TERJUAL
Langganan:
Postingan (Atom)